Search

Jun 15, 2011

A Girl With Glasses and Her Guitar

Behind her glasses, there are many awesome things about her..
Behind her glasses, I find out who she really is..
Behind her glasses, she plays her guitar like playing my heart..


Perempuan tak akan pernah menarik perhatianku.
Mereka hanya mahluk manja yang hobi berbelanja.
Apapun tentang perempuan, selalu membuatku muak.
Mereka adalah sesuatu yang paling merepotkan di dunia ini.
Namun asumsiku berubah, ketika aku mengenalnya.
Dia..
Berbeda….
***
“yud! Bengong aja lo!”
“eh iya nih, gue lagi cari inspirasi” aku tersentak karena Doni datang dengan tiba-tiba mengayunkan tangannya di pundakku.
“jangan kebanyakan bengong lo, jauh jodoh! Haha” Doni tertawa mendengar leluconnya sendiri, sementara aku hanya diam tak peduli dan memasang kembali earphone ku, Seven Years nya Saosin mengalun di telingaku.
“yaaah dia malah nyuekin gue! Denger dulu!” Doni mencabut kasar earphone dari telingaku dan berbicara dengan semangat.
“Lo tau anak semester 1 ga? Namanya Reggie! katanya dia pindahan dari Amerika!”
“udah? Cuma itu aja?” aku hendak memasang kembali earphone ku, namun Doni sudah mencegahnya lebih cepat dariku.
“lo liat deh!! Itu orangnya!!!”
Doni menunjuk dengan dagu, kearah perempuan dari balik meja kantin, ia sedang membetulkan gagang kacamatanya dan membuka sebuah buku yang lumayan tebal, sepertinya itu sebuah novel. Penampilannya amat sangat biasa, hanya menggunakan kaos oblong dengan luaran kemeja berwarna biru gelap, celana jeans skinny dan flat shoes nya. Rambutnya diikat asal-asalan dan kembali menekuni buku yang dibacanya.
Aku kembali memalingkan perhatianku ke Doni.
“yang itu? Kutu buku banget kayaknya” kataku sambil melengos.
“haha bukannya semua cewek lo katain manja? Kali aja itu cocok buat lo! Kutu buku, dan menurut gue dia lebih memilih baca buku daripada ke salon atau shopping hahahaha”
“Sialan lo! Ga tertarik gue!”
“Awas ya, diem-diem lo naksir, terus pacaran tanpa sepengetahuan gue haha”
“Ga mungkinlah, she’s not my type!” jawabku sambil mengayunkan tangan di depan wajah, dan Doni mencondongkan wajahnya kearahku sambil mendesis pelan.
“Hati-hati Yud, lo bakal kemakan omongan lo sendiri, lo bakal naksir sama tu cewek”
Aku seketika menjauhkan wajah Doni dengan telapak tanganku sambil bergidik.
‘Gue berani taruhan! Ga bakal tertarik sama cewek kayak gitu”
“Taruhan??? Oke gue setuju! Kalo lo sampai naksir sama si Reggie, gitar lo buat gue!!”
“Apa? Enak aja lo! Jangan gitar gue lah, ini hidup gue!”
“Haha..takut kan lo? Lo takut naksir sama si Reggie kan?” Doni tersenyum mengejek dan terus menggodaku. Karena aku tak mau kehilangan harga diriku jadi aku menyetujuinya.
“Oke! DEAL!!!”
Lalu aku mengarahkan pandanganku ke tempat Reggie duduk, namun dia sudah tidak disana.
Well, what?? It’s not my business.

***
Di kedai kopi ini aku biasa menghabiskan sore ku sepulang kuliah, kalau tidak bersama teman-teman, aku akan disini sendirian. Tempat ini tenang dan menyenangkan, terletak menghadap kearah pantai, ada dua ruangan, indoor dan outdoor. Aku lebih suka ruangan outdoor, karena aku bisa bebas memainkan gitarku dan menemukan suasana tenang dengan memandangi sunset dibalik deburan ombak.
Dan tiba-tiba saja mataku tertumbuk pada sosok perempuan yang sepertinya aku kenali, ia mengenakan kaos putih dengan luaran cardigan panjang berwarna marun dan jeans pendek di atas lutut lengkap dengan sneaker nya. Ia sedang memainkan gitar dengan lantunan Only Hope nya Mandy Moore. Aku kembali mengingat-ingat, dimanakah aku pernah bertemu perempuan ini, dan ya!!! Benar saja, aku ingat sekarang, kacamata bergagang coklat itu, dia Reggie!!!

“Hai..” aku menghampiri Reggie di tempat duduknya dan ia menghentikan petikan gitarnya.
“Ya? Sorry, siapa ya?”
“Hmm.. gue Yudas, anak semester 3, kita satu kampus kok, lo Reggie kan?”
“Ya, gue Reggie, kok lo tau?” Reggie tampak keheranan, semua tergaris dari raut wajahnya.
“Sebelumnya, boleh gue ikut duduk disini?”
“ow..sure..please”

Akupun duduk berhadapan dengannya, ketika rambut ikalnya digerai, ia tampak lebih manis, dan jujur saja, kacamatanya membuatnya terlihat sedikit seksi.
“Lo suka main gitar juga?” aku memulai pembicaraan.
“Yep! Gue suka main gitar, semua perasaan gue bisa gue tuangin dengan nyanyi sambil petik gitar, lo sendiri? Kenapa bawa gitar?”
“Gue juga suka banget main gitar, yah kurang lebih alasan gue sama kayak lo deh”
“hmm gitu, lo suka musik apa?”
“Gue? Musik apa aja yang penting enak didenger, tapi gue paling suka akustik dan jazz”
“Jazz??? Gue juga, gue suka jazz, lo suka lagu apa?” Reggie terlihat begitu bersemangat.
“Gue suka Adele, lo?”
“Gue juga! To make you feel my love nya kan?”
“I could hold you for a million years, to make you feel my love” aku dan Reggie bersamaan menyanyikan sepenggal lirik dari lagunya Adele yang menjadi favorit kita berdua.

Semenjak itu, aku dan Reggie sering bertemu di Kedai kopi ini, ternyata dia selalu menyempatkan waktu untuk sesorean disini, aku sendiri tak mengerti perasaanku.
Entah mengapa aku jadi semakin sering datang kemari, hanya untuk melihat apakah Reggie akan datang kesini juga.
Aku ingat tentang obrolan kita beberapa hari yang lalu.
“ini pertama kalinya gue mau ngobrol lama sama cowok yang baru gue kenal loh”
“oh ya? Kenapa?”
“ga tau, kalo sama lo ngobrolnya jadi asik, lo itu menyenangkan” jawabnya sambil kembali mengaduk iced cappuccinonya.
“gue juga, gue ga suka deket-deket sama perempuan, mereka suka bawel dan manja, obrolan mereka kalo ga belanja ya nyalon” kataku sambil mengangkat bahu.
“haha..kalo gue sih lebih milih kuliner atau traveling daripada ngabisin waktu tiap hari nyalon atau belanja, it’s useless things! Yah sometime, mungkin itu perlu, tapi kalo keseringan gue rasa it’s too over”
Aku hanya terpaku tak percaya, untuk pertama kalinya aku mendengar seorang perempuan yang mengatakan, belanja dan nyalon yang keseringan adalah hal yang ga berguna.
“Gue setuju!” hanya itu kata-kata yang berhasil aku ucapkan.
“Well, gue balik dulu ya, nanti kalo ketemu di kampus jangan lupa saling sapa, okay!”
“Yep, pasti!” aku hanya tersenyum, dan Reggie tiba-tiba berbalik.
“Lo dan gue, mungkin bisa jadi pasangan” kata Reggie tersenyum, sambil menyampirkan tas gitar di pundaknya. Mataku terbelalak dan hampir saja menyemburkan minuman yang baru saja aku seruput.
“Pasangan duet maksud gue!, byeeeee… see you” Reggie melambaikan tangannya tanpa berbalik, dan aku hanya memandangi punggungnya yang perlahan menghilang dari kejauhan.

***
“Yud!, bengong lagi lo?” Doni membuyarkan lamunanku dengan suara kerasnya.
“sial lo! Ganggu aja! Apaan sih?”
“tunggu..tunggu.. lo lagi ngeliatin siapa?” Doni mengedarkan pandangannya dan menemukan Reggie yang sedang duduk di balik meja kantin dengan menekuni bacaannya.
“Lo ngeliatin si Reg…” aku menutup mulut Doni sebelum ia berbicara lebih keras.
“Don, dengan berat hati gue nyatakan, gitar gue resmi jadi milik lo” aku berkata dengan senyuman penuh arti.
“Maksud lo?, lo naksir si Reggie? What? Gimana ceritanya? Lo kok ga ada cerita apa-apa ke gue?” Doni tampak tak sabar dan memukul lenganku pelan.
“I’ll tell you later, sekarang gue mau ke meja sebelah dulu”

Aku meninggalkan Doni dengan berbagai pertanyaan yang terlihat jelas dari raut wajahnya, dan aku menghampiri meja tempat dimana Reggie duduk sendirian.
“Hai gie”
Reggie mendongak “ya? eh elo Yud?”
“Yep, sabtu ini ada acara ga?”
“Belum ada sih, kenapa?”
“Gue mau ngajak lo jalan, bisa kan?”
“Okay, Sure”


Story by   : Risty
Backsong   : Owl City - Enchanted

No comments: