Search

Jun 30, 2011

Rumah Es Krim

Ini menunya Rumah Es Krim! lucu yah.. sampai ada tulisan 
"MENU INI HARAP TIDAK DIBAWA PULANG!!!!"
hahaha.. ada penekanan banget dari kata TIDAK yang size nya lebih gede daripada huruf yang lain, dicetak tebel lagi, dan tanda serunya yang berlebihan :p
Mungkin karena pengalaman kali ya? nakal banget ya yang ada sampai ngambil menu begitu?
kan kalo suka banget sama menunya, bisa ijin pinjem dulu sama penjualnya, buat di photocopy ahaha..
ngelantur kan gue? #heransamadirisendiri

Rumah Es Krim, sebenernya udah lama sih gue tau tempat ini, cuma belum pernah nyoba ke sana. Nah kemarin gue ke sana sama salah satu temen baik gue yang imut, lucu, dan suka main tanah Erin namanya (yang dicetak tebel dan dicoret, gue bohong)
Yah itung2 spend time lah berduaan sesorean gitu ihyyyyy #ngelespadahalgaadapacaruntukdiajakin :p

Rumah Es Krim itu letaknya di perempatan sebelum puputan Badung, di perempatan itu belok kiri dan tempatnya ada di kiri jalan.
Oh my bad!! gue lupa banget deh nama alamatnya, yeah..gue emang payah kalo soal nama2 jalan #senderandipojokan #pijitkening

Tempatnya ga besar, tapi nyaman kayak rumahan gitu, ya emang langsung sama rumah pemiliknya sih..
Jadi tempatnya kayak cafe kecil gitu, tapi menyerupai cafetaria juga, yang kayak kantin2 sekolaan itu lhoo..
Nah.. katanya nih Rumah Es Krim ini rame dikunjungi ABeGe2 gitu, Anak Baru Gede.. tau kan? ahaahaa..
yah contoh spesifiknya anak2 gaul gitu :p
berarti gue termasuk abege atau anak gaul juga dong? #ngomongsamacermin

Makanan yang tersedia di Rumah Es Krim juga ga cuman es krim doang, tapi ada macem2 makanan lain, misal: pie, pancake, fried fries, and so on..

sebagai penggemar es krim, ya sudah pasti gue order es krim :D
ini dia makanan2 yg kita pesen..


ada satu hal lagi, di Rumah Es Krim juga nyedian free air putih, lucu ya? tau aja kalo tiap abis ngemil ice cream, kita bakal ngerasa haus. Tapi lumayan juga sih kalo pesen makanan lain jadi ga usah beli minum lagi auhahaahaa.. #motifterselubung

Pie Nougat Ice Cream

Pie Nougat ini harganya IDR 16.500
ice cream vanila yang ada kacang dan oreo di dalemnya, dilapisi nougat dan disiram saus coklat, oh ya toping atasnya ada cream dan mini astornya..
i love this one!!

Tiramissue Ice Cream

Tiramissue Ice Cream ini juga juaraaaa banget deehh..
IDR 16.500 , ice creaim ini bener-bener mirip tiramissue asliiiiii!!!
apalagi ada semacam choco granul yang ditaburi di atasnya with cream and biji coffee yang yuummm banget deh..

Ham Roll

Ham Roll ini harganya IDR 12.000
Di dalemnya ada daging dan rasa margarinnya lengket banget yang bikin teksturnya jadi lembut, disamping itu lapisan luarnya juga gurih dan crispy banget, enak deh pokoknya..

Roti Bakar

Roti bakar ini sih emang sama aja kayak roti bakar yang lain, tapi gue sukaaaa.. coklatnya banyak banget hehe..
IDR 6.000 kalo pake satu topping aja, kalo pake 2 topping tinggal nambah lagi IDR 2.000 aja kok..

Fried Fries

Nah yang ini juga sama aja sih kayak kentang goreng biasa kita beli di resto cepat saji, dan kebetulan gue lupa ini harganya berapa. Kayaknya sih sekitar IDR 5.000 atau IDR 6.000 gitu deh..

Yay!!!
Itu dia makanan-makanan yang gue and Erin order..
dan payahnya.. baru nyampe parkiran, kita baru inget! kalo kita lupa akan satu hal yang ya ampuuunn..
astagaaa!!!!
ya tuhaaaan!!!!
ini penting banget padahal!!!

*tariknafas

Kita lupa!!!
FOTOAN!!!!!!
jeng..jeng...
#musikdisinetron

ga kok, gue ga lebay! tapi itu justru hal yang paling penting, seharusnya kita abadikan moment langka kayak gini.
Kita kan..
ah sudahlah..
gue ga sanggup ngelanjutin.

well...
itu dulu deh postingan hari ini, untung juga bisa ngepost hal ini lebih cepet karena mengingat kesibukan gue yang numpuk banget minggu2 ini #iniserius #sekaliancurhat

okay then..
don't forget to try this place yaaa..
buat yang udah nyoba, ayo sering2in lagi mampir (berasa gue mbak2 salesnya ya?)
buat yang belum nyoba..
Wajib hukumnya :p

hope u like it ;)

Jun 18, 2011

You Are My Reason to be Happy

The short story below is the 2nd part of short story entitled Just 5 Minutes 
Buat yang belum baca cerita pertamanya, baca dulu yah..
Happy Reading :D



Dear: Tuhanku Tercinta

Tuhan…
Apa Kau mendengarku?
Tuhan…
Apa Kau menyayangiku?
Tuhan..
Apa aku boleh meminta sesuatu?

Aku ingin Kau mendengarkan dan mengabulkan permintaanku..
Aku ingin bersama dengan Rama lebih lama lagi..
Aku mencintai Rama dengan segenap hatiku..
Aku takut jika Kau merebutku dari Rama..
Aku takut Rama sedih..

Bilapun nanti tiba saatnya aku kembali padaMu..
Ijinkanlah aku menikmati saat-saat terakhirku disisi Rama..
Ketika nanti Kau hendak menjemputku..
Ijinkanlah Rama yang mendampingiku pada detik-detik itu..

Hanya itu Tuhan..
Semoga permintaanku ini tak menyulitkanMu..
Semoga Kau membaca surat ini..
Walaupun surat ini mungkin akan sulit kau temukan
Diantara tumpukan surat-surat yang lain..

With love: Jingga, anakMu yang penuh dengan senyuman.

Itu adalah satu-satunya surat yang aku temukan di dalam tas Jingga, aku menemukannya diantara buku-buku pelajarannya, aku menemukannya disaat-saat terakhir aku menemaninya di Rumah Sakit.
Aku membaca surat ini berulang-ulang kali, entah sampai kapan aku akan berhenti untuk membacanya. Setiap kali aku membaca surat ini, hatiku perih, rasa kehilangan itu semakin mengulitiku.
Setiap baris kata yang dituliskan Jingga di atas kertas itu, membuatku kembali pada kenangan ketika aku masih bersamanya, ketika dia masih memberikan senyuman manis itu untukku.

Terkadang aku memaki diriku sendiri.
Kenapa aku tak bisa menjadi pacar yang baik untuk Jingga?
Kenapa aku tak tahu apapun tentang penyakitnya?
Kenapa aku percaya, bahwa anemia yang jadi penyebabnya sering pingsan.
Kenapa aku tak pernah menanyakan obat apa yang sering diminum oleh Jingga?
Dan kenapa? Kenapa Tuhan mengambilnya secepat itu?

Namun, Jingga selalu tersenyum, tertawa, berlari, menari, melompat, dan melakukan apapun yang ia mau. Jingga sangat sehat, hingga kini aku masih tak percaya bahwa Jingga telah mengidap penyakit terkutuk itu bertahun-tahun.
Jingga tak pernah mengeluh, Jingga selalu bisa mengatasi penyakitnya.
Jingga itu kuat! Ia mampu menyembunyikan penyakitnya dariku selama berbulan-bulan.
Jingga itu tangguh! Ia selalu tersenyum dan tertawa dibalik penyakit yang bisa merenggut nyawanya kapan saja.
Jingga itu malaikatku, yang membuatku merasakan bagaimana indahnya mencintai seseorang.
Jingga itu segalanya untukku, walau aku tak pernah mengungkapkan ini padanya.
Enam bulan, bukan waktu yang cukup untukku bersama Jingga, bahkan setahun, puluhan tahun, hingga ratusan tahun, tak akan pernah cukup untukku bersama Jingga.
Aku tak ingin seharipun tanpanya, aku ingin dia disisiku, selalu.

Aku teringat ketika itu, ia sedang menemaniku latihan basket, ia sangat bersemangat meneriakiku dan memberiku dukungan. Padahal ini hanya latihan dan bukan kompetisi. Teman-temanku sangat menyukai Jingga, aku rasa bukan hanya mereka, tapi semua orang pasti menyukai Jingga. Lalu aku menghampirinya dan kulihat ia tersenyum menyambutku, namun wajahnya terlihat begitu pucat dan itu membuatku khawatir.
“Jingga, kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat sekali” aku memegangi pipinya, namun ia hanya tersenyum dan memegang tanganku lalu menurunkannya.
“Aku tidak apa-apa Rama, hanya saja aku lapar, aku belum makan, kau itu jahat sekali! mengajakku kemari namun tidak mengajakku makan terlebih dahulu” Jingga berkacak pinggang dan berpura-pura marah.
“Maafkan aku, ayo kita cari makan, kau mau makan dimana?” aku berusaha lebih lembut, namun tetap saja wajahku dingin dan datar.
“Kau terlihat seperti tidak sedang mengajak pacarmu makan siang, kau itu kaku sekali!”
“Sudahlah, ayo kita pergi sebelum aku membatalkan acara makan siang ini” aku berkata sambil menyampirkan tasku di pundak, dan bergegas mendahului Jingga.
“Hei!! Kau itu jahat sekali, kau meninggalkannku, pacar macam apa kau? Tunggu Ramaaaaa” Jingga sedikit berlari untuk menyamai langkahku, aku hanya tersenyum dan berpura-pura tidak mendengarnya.
Dan tiba-tiba saja Jingga melompat ke punggungku, aku benar-benar terkejut, karena tubuhnya yang mungil, dengan mudahnya ia melompat dan akupun terpaksa harus menggendongnya.
“Kau itu mengangetkanku, berhentilah bersikap seperti anak kecil, kau bukan anak SD lagi” kataku tanpa menoleh ke arahnya.
“Hei!! Aku hanya ingin kau gendong! Kalau caranya tidak seperti ini, kau tidak akan pernah mau menggendongku!”
“Kalau kau terus mengoceh, akan kuturunkan kau sekarang juga!” aku berpura-pura marah dan berusaha menyembunyikan senyumku, dalam hati saat ini aku sedang tertawa atas kelakuan Jingga.
“Kau itu jahat!, kau tidak pernah bersikap manis padaku, aku lelah Rama, aku tak mau berjalan dengan kakiku sendiri!”
“Kau harusnya bersyukur, kau masih memiliki kaki, apa kau tahu masih banyak orang-orang di luar sana yang begitu ingin berjalan dengan kaki mereka sendiri, namun mereka hanya mampu menumpukan tubuh dan kaki mereka di atas kursi roda.” Aku mencoba memberi pengertian pada Jingga dengan sabar.
“Baiklah! Kalau aku harus berjalan, turunkan aku sekarang, tapi kau harus menggandeng tanganku sampai ke rumah makan itu!”
“Kau ini!!! Baiklah.”
Aku menurunkan Jingga dari punggungku, dan menggenggam tangannya, seperti yang ia minta.
Mungkin menurut Jingga, aku benci melakukan hal kekanakan seperti ini, namun jujur saja, aku menikmatinya, aku menyukai apapun yang dilakukan Jingga padaku.
Andai saja aku tau tentang penyakitnya, aku tak akan membiarkannya berjalan kaki dalam kondisi seperti itu.
Andai saja aku tau dia sedang menahan sakitnya, aku akan menggendongnya setiap hari, aku tak akan pernah membiarkannya berjalan, aku akan menjadi kakinya.

Aku masih teringat ketika makan bersama Jingga siang itu, bukan hanya siang itu bahkan setiap makan bersamanya, ia selalu membawa obat itu dan meminumnya setelah makan atau pada saat-saat tertentu yang membuatku bertanya.
“itu obat apa? Kau sering sekali meminumnya”
“ini obat ajaib! Bisa membuatku kuat, dan pintar” Jingga membelalakkan matanya yang besar seolah sedang mengiklankan sebuah produk. Aku hanya tertawa mendengar leluconnya.
“Hei!! Jangan tertawa! Kau harus tau, kalo tidak ada obat ini, aku tidak akan bisa secantik ini, aku tidak akan bisa punya keberanian untuk membuatmu menjadi pacarku, aku tidak akan bisa terus tertawa seperti sekarang ini” lagi-lagi perkataan Jingga terdengar seperti lelucon bagiku.
“Jadi itu semacam jimat? kau memakai jimat itu untuk mendapatkan semuanya?” kataku sambil memasukkan beberapa biji nasi ke dalam mulutku.
“Iya!! Obat ini jimat! kau tahu satu hal?” Jingga mendekatkan wajahnya padaku lalu berbisik perlahan. “Aku ini sesungguhnya adalah seorang nenek berusia 60 tahun yang sedang menyamar di balik jimat ini.”
“sudahlah, aku tidak tertarik, kau itu terlalu kekanakan, habiskan makananmu, aku antar kau pulang.” Aku berkata seraya menahan senyumku dan berusaha terlihat tenang.
“Kau tidak percaya? Hahaha.. tunggu saja nanti saat bulan purnama aku akan berubah jadi nenek-nenek yang mengerikan dan kau akan berlari ketakutan hihihi.” Jingga memamerkan gigi-giginya yang rapi dan membentuk tangannya seolah ingin mencakarku, lalu aku menghentikannya dan mengajaknya segera meninggalkan tempat ini.

Andai saja aku tau itu obat yang memperlambat pertumbuhan sel-sel kankernya.
Andai saja aku tau, dia begitu tersiksa ketika harus menggantungkan hidupnya pada butiran-butiran obat itu.
Aku akan menemaninya bercanda, tertawa mendengar leluconnya, dan menikmati cerita-cerita kekanakannya.

Semuanya itu hanyalah kenangan dua tahun yang lalu.
Aku tak akan pernah mampu untuk mengembalikannya.
Jujur saja, ketika aku membaca surat Jingga untuk Tuhan, seolah barisan kata itu membawaku kembali pada luka itu.
Kata-kata itu mengupas habis pertahananku, menenggelamkanku dalam kesedihan.
Cahaya senja yang selalu aku pandangi apabila aku menghabiskan soreku di taman itu, tak akan pernah cukup untuk untuk mengobati kerinduanku pada Jingga.
Aku sangat marah! Kenapa Jingga tak pernah memberitahuku tentang penyakitnya?
Aku mungkin bukan orang yang bisa menyembuhkannya atau mengubah kenyataan, namun aku ingin jadi pacar yang terbaik untuk Jingga, yang selalu ada untuk melindunginya.
Aku sempat mengatakan ini pada pengasuh Jingga, dan ia mengatakan beberapa hal yang sempat dikatakan Jingga, ketika ia masih hidup.

“Kenapa Jingga tak pernah bercerita tentang penyakitnya padaku, dan kenapa tak ada satupun yang memberitahuku?” aku bertanya dengan sengit seraya menyeka air mataku yang sudah tak dapat kubendung lagi dengan kasar.
“Karena Non Jingga yang memintanya, ia tak mau anda tau tentang penyakitnya, karena ia ingin anda mencintainya apa adanya.” Jawab wanita paruh baya itu dan pandangannya menerawang jauh, seolah sedang mengenang sesuatu. Lalu ia melanjutkan kalimatnya.
“Non Jingga pernah mengatakan, ia ingin anda mencintainya sebagai gadis yang sehat, normal, tanpa penyakit. Ia tidak mau anda mencintai dan melindunginya karena menyadari dia sakit, lemah, dan butuh perlindungan. Ia hanya ingin terlihat kuat di depan anda, karena Non Jingga pernah bilang, anda adalah sumber semangatnya, anda yang menyebabkan ia ingin diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi. Maaf, hanya itu yang bisa saya katakan, permisi.” Wanita paruh baya itu berlari pelan, dan bisa kudengar isakan tertahan dari suaranya.
Aku terhenyak, menjatuhkan tubuh jangkungku di atas kursi dan mataku menatap ke langit-langit di ruangan itu guna menahan air mataku yang hendak keluar dari kelopaknya, namun yang terjadi justru semakin mengalir deras tanpa bisa kukendalikan. Pandangan mataku yang tajam dan selalu percaya diri, kini memudar, redup dan gelap tanpa Jingga disisiku lagi.

Kini aku tau..
Inilah yang diinginkan Jingga.
Dia lebih tenang ketika melepaskan semua penyakitnya dan kembali dalam pelukan Tuhan.
Aku tak bisa menahannya untuk terus disisiku.
Bergantung pada obat-obatan membuatnya semakin tersiksa, dan kini aku percaya Jingga jauh lebih bahagia dari yang aku bayangkan.
Dia telah menemukan kehidupan barunya disana.
Dua tahun tak cukup bagiku untuk menghilangkan perasaanku terhadap Jingga.
Aku akan terus mencintai Jingga.

Jingga, jika kau ingin aku bahagia.
Buatlah aku bisa menerima dan merelakan kepergianmu.
Ijinkan aku jatuh cinta lagi, agar aku bisa melanjutkan hidupku.
Jika nanti aku menemukan orang lain untuk ku cintai dan juga mencintaiku.
Percayalah..
Kau tak akan pernah terganti.
Karena kau memiliki tempat yang khusus di hatiku.
Untukku, kau selalu hidup dan selalu istimewa di hatiku.
Terima kasih Jingga, untuk kisah cinta yang singkat namun begitu luar biasa.
YOU ARE MY CHEERFUL LITTLE GIRL!!
YOU ARE MY REASON TO BE HAPPY!!


Story by: Risty 
Backsong: Secondhand Serenade – Is there anybody out there

Jun 17, 2011

Just Lil Things

Kemarin-kemarin gue udah ngepost beberapa short story, sekarang gue mau ngepost beberapa foto yang gue capture!
ada yang masih baru, ada juga yang udah lama.
foto yang bakal gue post semata-mata hanya hobby.
gue suka photography, dan gue suka motret hal-hal yang menurut gue menarik, eits bukan berarti gue nyebut diri gue photographer loh ya..
Jauuuuh, gue mah cuma hobby doang, dan hasil foto juga masih amatir..
let's check em out!!


foto ini diambil dari atas, pas di dalam pesawat, gue ga inget jelas ini gunung apa, tapi karena gue liatnya keren! jadi gue cepet-cepet angkat kamera dan langsung capture pemandangan keren ini!!!


ini juga diambil dari dalem pesawat, matahari baru aja naik dari peraduannya. lebih keren waktu ngeliat langsung, it's so fuck'n pretty ahmaziinngg!!!! matahari di atas awan, really kewhhll!!!



kalo kedua foto yang di atas ini, cuma keisengan gue di pagi hari, foto-foto taneman mama di taman depan rumah hehe :p



Anak kecil yang di atas gue namanya Katrina, mirip nama adek gue Katherine :p , anak kecil ini tetangga gue. iseng aja foto candid pas dia lagi maen ke rumah gue. Anaknya lucu, imut banget! pipinya kayak bakpao hihi :p




Ketiga foto diatas, gue ambil waktu ada upacara memukur. Dan untuk ambil foto di acara ini, gue mesti bangun jam 4 pagiii!!! sumpah waktu itu mata gue sepet banget huhu..




Nah yang di atas ini, 3 foto terakhir yang gue post, itu cuma sekedar keisengan doang, karena tertarik jadi gue capture aja deh, menurut gue sih ada nilai seni tersendiri.

Finally...
All of that just my creativity and just lil things i've done..
I'm not a photographer, this is just my hobby.
I'm just doing what I love to do.

mungkin itu dulu aja yang di share, nanti gue bakal share foto2 gue yang lain, yang model2nya temen2 gue sendiri hehe..
semoga kalian suka ya :D


All photo by: Risty
Camera      : Nikon D5000 , standard lens (18.55 mm) 

Jun 16, 2011

Gantung

Ga sedikit temen-temen yang suka protes, kenapa cerita2 yang gue tulis, endingnya selalu gantung.
well...
ini namanya trik penulis, sengaja bikin ceritanya gantung karena membutuhkan pembaca untuk ikut memainkan imajinasinya, kira-kira endingnya gimana?
bagusnya cerita selanjutnya gimana?


naaah..
disini ada beberapa cerita2 yang gue buat emang sengaja digantung endingnya.
karena gue juga lagi butuh masukan dari temen-temen buat bikin next story nya.
kalo semua ceritanya dikelarin, nanti bakalan panjang banget jadinya.


kalo kalian yang suka baca short story gue..
ada baiknya ngasi masukan ke gue dengan cara komen di bawah artikelnya.
kalo mau ngasi ide cerita buat next story juga boleh..


i do my best..
i have my style..
so, i won't to change it..
if you have an advice, just share to me..


Happy Reading :D

Jun 15, 2011

A Girl With Glasses and Her Guitar

Behind her glasses, there are many awesome things about her..
Behind her glasses, I find out who she really is..
Behind her glasses, she plays her guitar like playing my heart..


Perempuan tak akan pernah menarik perhatianku.
Mereka hanya mahluk manja yang hobi berbelanja.
Apapun tentang perempuan, selalu membuatku muak.
Mereka adalah sesuatu yang paling merepotkan di dunia ini.
Namun asumsiku berubah, ketika aku mengenalnya.
Dia..
Berbeda….
***
“yud! Bengong aja lo!”
“eh iya nih, gue lagi cari inspirasi” aku tersentak karena Doni datang dengan tiba-tiba mengayunkan tangannya di pundakku.
“jangan kebanyakan bengong lo, jauh jodoh! Haha” Doni tertawa mendengar leluconnya sendiri, sementara aku hanya diam tak peduli dan memasang kembali earphone ku, Seven Years nya Saosin mengalun di telingaku.
“yaaah dia malah nyuekin gue! Denger dulu!” Doni mencabut kasar earphone dari telingaku dan berbicara dengan semangat.
“Lo tau anak semester 1 ga? Namanya Reggie! katanya dia pindahan dari Amerika!”
“udah? Cuma itu aja?” aku hendak memasang kembali earphone ku, namun Doni sudah mencegahnya lebih cepat dariku.
“lo liat deh!! Itu orangnya!!!”
Doni menunjuk dengan dagu, kearah perempuan dari balik meja kantin, ia sedang membetulkan gagang kacamatanya dan membuka sebuah buku yang lumayan tebal, sepertinya itu sebuah novel. Penampilannya amat sangat biasa, hanya menggunakan kaos oblong dengan luaran kemeja berwarna biru gelap, celana jeans skinny dan flat shoes nya. Rambutnya diikat asal-asalan dan kembali menekuni buku yang dibacanya.
Aku kembali memalingkan perhatianku ke Doni.
“yang itu? Kutu buku banget kayaknya” kataku sambil melengos.
“haha bukannya semua cewek lo katain manja? Kali aja itu cocok buat lo! Kutu buku, dan menurut gue dia lebih memilih baca buku daripada ke salon atau shopping hahahaha”
“Sialan lo! Ga tertarik gue!”
“Awas ya, diem-diem lo naksir, terus pacaran tanpa sepengetahuan gue haha”
“Ga mungkinlah, she’s not my type!” jawabku sambil mengayunkan tangan di depan wajah, dan Doni mencondongkan wajahnya kearahku sambil mendesis pelan.
“Hati-hati Yud, lo bakal kemakan omongan lo sendiri, lo bakal naksir sama tu cewek”
Aku seketika menjauhkan wajah Doni dengan telapak tanganku sambil bergidik.
‘Gue berani taruhan! Ga bakal tertarik sama cewek kayak gitu”
“Taruhan??? Oke gue setuju! Kalo lo sampai naksir sama si Reggie, gitar lo buat gue!!”
“Apa? Enak aja lo! Jangan gitar gue lah, ini hidup gue!”
“Haha..takut kan lo? Lo takut naksir sama si Reggie kan?” Doni tersenyum mengejek dan terus menggodaku. Karena aku tak mau kehilangan harga diriku jadi aku menyetujuinya.
“Oke! DEAL!!!”
Lalu aku mengarahkan pandanganku ke tempat Reggie duduk, namun dia sudah tidak disana.
Well, what?? It’s not my business.

***
Di kedai kopi ini aku biasa menghabiskan sore ku sepulang kuliah, kalau tidak bersama teman-teman, aku akan disini sendirian. Tempat ini tenang dan menyenangkan, terletak menghadap kearah pantai, ada dua ruangan, indoor dan outdoor. Aku lebih suka ruangan outdoor, karena aku bisa bebas memainkan gitarku dan menemukan suasana tenang dengan memandangi sunset dibalik deburan ombak.
Dan tiba-tiba saja mataku tertumbuk pada sosok perempuan yang sepertinya aku kenali, ia mengenakan kaos putih dengan luaran cardigan panjang berwarna marun dan jeans pendek di atas lutut lengkap dengan sneaker nya. Ia sedang memainkan gitar dengan lantunan Only Hope nya Mandy Moore. Aku kembali mengingat-ingat, dimanakah aku pernah bertemu perempuan ini, dan ya!!! Benar saja, aku ingat sekarang, kacamata bergagang coklat itu, dia Reggie!!!

“Hai..” aku menghampiri Reggie di tempat duduknya dan ia menghentikan petikan gitarnya.
“Ya? Sorry, siapa ya?”
“Hmm.. gue Yudas, anak semester 3, kita satu kampus kok, lo Reggie kan?”
“Ya, gue Reggie, kok lo tau?” Reggie tampak keheranan, semua tergaris dari raut wajahnya.
“Sebelumnya, boleh gue ikut duduk disini?”
“ow..sure..please”

Akupun duduk berhadapan dengannya, ketika rambut ikalnya digerai, ia tampak lebih manis, dan jujur saja, kacamatanya membuatnya terlihat sedikit seksi.
“Lo suka main gitar juga?” aku memulai pembicaraan.
“Yep! Gue suka main gitar, semua perasaan gue bisa gue tuangin dengan nyanyi sambil petik gitar, lo sendiri? Kenapa bawa gitar?”
“Gue juga suka banget main gitar, yah kurang lebih alasan gue sama kayak lo deh”
“hmm gitu, lo suka musik apa?”
“Gue? Musik apa aja yang penting enak didenger, tapi gue paling suka akustik dan jazz”
“Jazz??? Gue juga, gue suka jazz, lo suka lagu apa?” Reggie terlihat begitu bersemangat.
“Gue suka Adele, lo?”
“Gue juga! To make you feel my love nya kan?”
“I could hold you for a million years, to make you feel my love” aku dan Reggie bersamaan menyanyikan sepenggal lirik dari lagunya Adele yang menjadi favorit kita berdua.

Semenjak itu, aku dan Reggie sering bertemu di Kedai kopi ini, ternyata dia selalu menyempatkan waktu untuk sesorean disini, aku sendiri tak mengerti perasaanku.
Entah mengapa aku jadi semakin sering datang kemari, hanya untuk melihat apakah Reggie akan datang kesini juga.
Aku ingat tentang obrolan kita beberapa hari yang lalu.
“ini pertama kalinya gue mau ngobrol lama sama cowok yang baru gue kenal loh”
“oh ya? Kenapa?”
“ga tau, kalo sama lo ngobrolnya jadi asik, lo itu menyenangkan” jawabnya sambil kembali mengaduk iced cappuccinonya.
“gue juga, gue ga suka deket-deket sama perempuan, mereka suka bawel dan manja, obrolan mereka kalo ga belanja ya nyalon” kataku sambil mengangkat bahu.
“haha..kalo gue sih lebih milih kuliner atau traveling daripada ngabisin waktu tiap hari nyalon atau belanja, it’s useless things! Yah sometime, mungkin itu perlu, tapi kalo keseringan gue rasa it’s too over”
Aku hanya terpaku tak percaya, untuk pertama kalinya aku mendengar seorang perempuan yang mengatakan, belanja dan nyalon yang keseringan adalah hal yang ga berguna.
“Gue setuju!” hanya itu kata-kata yang berhasil aku ucapkan.
“Well, gue balik dulu ya, nanti kalo ketemu di kampus jangan lupa saling sapa, okay!”
“Yep, pasti!” aku hanya tersenyum, dan Reggie tiba-tiba berbalik.
“Lo dan gue, mungkin bisa jadi pasangan” kata Reggie tersenyum, sambil menyampirkan tas gitar di pundaknya. Mataku terbelalak dan hampir saja menyemburkan minuman yang baru saja aku seruput.
“Pasangan duet maksud gue!, byeeeee… see you” Reggie melambaikan tangannya tanpa berbalik, dan aku hanya memandangi punggungnya yang perlahan menghilang dari kejauhan.

***
“Yud!, bengong lagi lo?” Doni membuyarkan lamunanku dengan suara kerasnya.
“sial lo! Ganggu aja! Apaan sih?”
“tunggu..tunggu.. lo lagi ngeliatin siapa?” Doni mengedarkan pandangannya dan menemukan Reggie yang sedang duduk di balik meja kantin dengan menekuni bacaannya.
“Lo ngeliatin si Reg…” aku menutup mulut Doni sebelum ia berbicara lebih keras.
“Don, dengan berat hati gue nyatakan, gitar gue resmi jadi milik lo” aku berkata dengan senyuman penuh arti.
“Maksud lo?, lo naksir si Reggie? What? Gimana ceritanya? Lo kok ga ada cerita apa-apa ke gue?” Doni tampak tak sabar dan memukul lenganku pelan.
“I’ll tell you later, sekarang gue mau ke meja sebelah dulu”

Aku meninggalkan Doni dengan berbagai pertanyaan yang terlihat jelas dari raut wajahnya, dan aku menghampiri meja tempat dimana Reggie duduk sendirian.
“Hai gie”
Reggie mendongak “ya? eh elo Yud?”
“Yep, sabtu ini ada acara ga?”
“Belum ada sih, kenapa?”
“Gue mau ngajak lo jalan, bisa kan?”
“Okay, Sure”


Story by   : Risty
Backsong   : Owl City - Enchanted