Search

May 29, 2011

I'm Moron!! my fault yeah!!!





hari ini bener-bener ngerasa bego banget!! kenapa coba gue harus baca "Shadow Kiss" duluan??? itu kan seri book 3 nya "Vampire Academy" (V.A) the series!! aaaarrgghh!!!
gue kenapa ga cari info dulu coba??
abisan di gramed berjejer gitu, jadi gue ambil aja yang di tengah, kirain itu seri ke-2  nya..
and now!! guess what?? duit gue udah abis!! udah tanggal tua, mau minta sama si Papa juga ga mungkin
secara bulan ini secara berturut-turut gue minta duit buat beli novel mulu!
bahkan gue udah lama ga beli dvd #garuk2aspal
pengen banget beli "Frostbite" kan itu sebenernya seri ke-2 dari V.A!!!
aaarrgghh!!! malah belum baca..


coba aja mata gue kuat di depan laptop selama berjam-jam, udah gue donloat deh itu eBook nya!!
uhuhuhu.... dimana cari duit ini sekarang?? pengen ke gramed cepet-cepet dan nyabet itu novel!
pantesan aja ya kalo gue pikir-pikir, kok rada ga nyambung sama book 1...
aaarrgghh!! im so messy!!
i need a lot of money!!


katanya ada 6 series, tapi di gramed baru ada sampe series ke 3
huwaaaa!!!!
i need my coffee rite now!!!
i'm stress out!!
i'm messed up!!
*meninggal*

soundtrack : Nevershoutnever - coffee and cigarette

May 26, 2011

Gloomy



Did u ever feel useless??
Did u ever feel jealous or angry, but u couldn't express it??

and you feel like d'most stupid person in this world!!!!

he felt it...
when you read this short story...
you'll know everything...
about him...









Ini hari ulang tahunnya..
Aku sudah mempersiapkan jauh sebelum hari ini tiba..
Kado apa yang akan aku berikan untuknya..
Mall demi mall aku datangi, tak luput pula toko-toko accessories..
Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan di benakku..
Apakah dia akan menyukai kado yang aku berikan?
Apakah kado ini terlihat murahan?
Atau dia hanya akan berpura-pura menyukai kadoku untuk menjaga perasaanku?

Disamping itu, keadaan ekonomiku juga berkecukupan, berbeda jauh dengannya..
Maka dari itu, aku masih bertanya-tanya, kenapa?
Kenapa dia bersedia menjadi pacarku..
Tania..
Malam ini aku akan menemuinya..
Tepat di hari ulang tahunnya..

“Halo, edo? lg dimana?” Tania meneleponku
“Di rumah, ada apa nia? Jawabku tenang
“Besok malem kita ketemunya ya, soalnya aku pasti kurang tidur, sekarang aku lagi party sama temen-temen, mereka ngadain surprise party buat aku, oke Edo sayang..byeee muach!!”

Begitulah Tania, selalu bersemangat dan tak akan mendengarkan alasan apapun dariku. Jika dia bersama teman-temannya, seketika dia bisa melupakanku.
Namun, aku tak pernah mempermasalahkan itu.
Dengan wajah berebentuk bulat, mata, hidung dan bibir yang kecil serta rambut lurus panjang, kulit kuning langsat dan tubuh yang lumayan tinggi, membuatnya begitu sempurna di mataku.
Teman-temannya sama sepertinya, hidupnya glamour dan penuh akan fasilitas mewah. Aku selalu menasihati Tania, agar ia tidak terlalu menghambur-hamburkan uangnya untuk hal yang tidak berguna.
Sesekali ia mau mendengarkanku tapi tak jarang pula kita bertengkar hanya karena hal itu.
Sampai suatu hari aku benar-benar tidak bisa menahan amarahku, ia pergi bersama Kevin.
Kevin adalah teman satu sekolahnya, yang bertubuh tinggi besar, kebetulan aku dan Tania bersekolah di sekolah yang berbeda.
Tak jarang mereka jalan bersama, karena suatu alasan yang akupun tak bisa mengerti itu. Masih ada banyak teman-teman Tania yang kebetulan aku kurang menyukai mereka atau mungkin lebih tepatnya kehidupan mereka yang terlalu mewah.

Malam ini aku pergi menemui Tania di sebuah café, aku terpaksa berjalan kaki kesana karena kebetulan aku tidak ada kendaraan.
Perjalanan dari rumahku ke café itu memakan waktu 30 menit, tidak begitu melelahkan menurutku karena aku terlalu bersemangat.
Aku membawa sebuah kado untuk Tania.
Dia berdiri dari tempat duduknya dan melambaikan tangannya ke arahku.

“kamu nunggu lama?” kataku merasa bersalah
“ga juga kok, aku juga baru nyampe, eh kamu parkir dimana?” Tania mengedarkan pandangan sambil mencari-cari dimana motorku aku pakirkan.
“aku jalan kaki, motor lagi di bengkel” jawabku santai, namun Tania tak menghiraukan itu dan langsung melongokkan kepalanya ke balik punggungku.
“eh itu kamu bawa apa?”
“oh iya, ini buat kamu, happy birthday ya” aku menyerahkan kado itu dan mengecup keningnya.
Tania terlihat semakin cantik dengan mini dress berwarna hitam yang sedikit terbuka di bagian atasnya, rambut panjangnya dibiarkan terurai yang ia hiasi dengan accessories rambut yg berkelip yang tidak kutahu apa namanya. Sementara aku hanya mengenakan kemeja hitam polos yang kugulung sampai batas siku dan celana panjang jeans yang menempel lekat di kakiku.

“makasi sayaaang, aku seneng banget, boleh aku buka sekarang?” Tania mengerjapkan matanya, lalu aku mengacak-acak rambutnya dan berkata.
 “kamu harus bisa lebih dewasa sekarang, jangan terlalu banya foya-foya okay?”
“yeah.. I will, I’ve been trying but I can’t do it!” Tania memutar bola matanya dan mencondongkan wajahnya ke arahku.
“you can do it!! Trust it!” sekarang aku mendaratkan kecupan di pipi kirinya dan ia tersenyum ke arahku.
“aku mau buka kadonya sekarang!” Tania merengek ke arahku
“ya udah, buka aja”
Tania terlihat tidak sabar membuka kertas warna merah dan aksen pita meliuk-liuk yang menyelimuti benda itu.

“waaaahhh! Lampu tidur! Bagus banget!” mata Tania berbinar memandang ke arahku, akupun berteriak dalam hati. Ternyata Tania menyukai kado yang aku berikan.
“lampu itu akan menerangimu waktu kamu tidur, cahayanya redup tapi menenangkan, begitulah aku yang akan selalu menerangi hatimu, walaupun tidak benderang tetapi kamu akan selalu menyadari kehadiranku dan akan selalu menenangkan hatimu” kataku sembari menggenggam tangannya.
“makasi ya Do, aku suka banget” Tania kembali tersenyum dan seketika aku melepaskan genggamanku, aku tersentak karena suara klakson yang memekakkan telinga. Benar saja, itu teman-teman Tania.

“Niaaaa! Ayooook!” teman-temannya sudah berteriak dari kejauhan dan bisa kulihat, Kevin sedang duduk di balik kemudinya di dalam mobil itu. Dan Tania hanya memberikan satu lambaian tangan.

“Edo, aku harus pergi, tadi aku lupa kasih tau kamu, kalo aku cuma bisa sebentar”
Tania sudah berdiri dari tempat duduknya. Akupun ikut bangkit dari tempat dudukku dan menarik tangannya sebelum ia bergegas menghampiri teman-temannya.
“Bukannya kemarin malem udah party? Sekarang party lagi?” aku berusaha tetap tenang dalam kemarahanku yang meluap-luap, menatapnya tajam dan garis kaku di wajahku .
“Kemaren beda, sekarang beda, lepasin dong.. aku mau pergiii!” Tania mencoba melepaskan genggamanku, namun aku justru semakin mengencangkan genggamanku.
“Kamu tadi janji apa sama aku? Kamu bakalan mengurangi untuk berfoya-foya! belum 5 menit kamu ngomong itu!” nada suaraku meninggi, aku sudah tidak tahan.
“Kamu, kamu teriak! Kamu bentak aku! Kamu jahat!” Tania berteriak dan sesuatu menggenang di pelupuk matanya, Tania menangis. Aku menariknya lalu memeluknya erat, menenggelamkannya dalam tubuhku yg tegap dan menjulang ke arahnya.
“maafin aku, aku kehilangan kendali”
“Aku mau pergi, Edo aku mau pergi, lepasin aku” Tania mencoba melepaskan diri dari pelukanku, dan Kevin datang menghampiri kita, lalu menarik Tania dari pelukanku.

“Lo apa-apaan?? Kenapa lo bikin Tania nangis?!!” Kevin mendorongku dengan keras dan akupun sedikit terhuyung.
 “udah yuk, kita pergi!! Temen-temen udah pada nunggu” Kevin menarik tangan Tania, namun aku hanya diam dan tak melakukan apapun.
“Edo, aku pergi dulu” Tania berlalu, aku hanya diam tak menjawabnya.

Kevin membawanya pergi, berlalu meninggalkanku, sementara aku berdiri kaku dan memandang mereka yang berlalu begitu saja dihadapanku. Aku menghempaskan tubuhku ke atas kursi di café itu, menarik rambut ikalku yang mencuat keluar, memandang ke arah cermin di café itu, kulihat refleksi diriku di cermin itu, aku terlihat begitu menyedihkan. Dengan wajah putih pucat, mata sendu, dan emosiku yang tertahan.

Kenapa?
Kenapa aku hanya diam?
Kenapa aku begitu bodoh?
Kenapa saat itu aku berpura-pura tangguh dan tidak terpengaruh?
Kenapa aku tidak bisa mempertahankan Tania untuk tetap di genggamanku?
Kenapa aku harus melepaskan genggamanku?

Saat ini, hatiku hancur
Hancur sejadi-jadinya..
Aku merasa seperti lampu tidur itu..
Aku bukan cahaya yang terang, aku akan tetap redup sampai ia bisa menyadari keberadaanku dan membuatku lebih terlihat bercahaya.
Aku tak menyangka..
Sepahit ini kenyataan yang aku terima..
Sebegitu tak menyenangkannya menjadi sebuah lampu tidur..
Aku tenggelam dalam redupnya hatiku.

Hatiku tergurat..
Dalam setiap kedipan mata, aku merasakan kepahitan dihadapanku..
Dalam setiap hembusan nafas, aku merasakan ruang sempit dalam paru-paruku.
Dalam setiap detak jantung, aku merasakan degupannya hingga ke telingaku.
Aku takut akan waktu..
Waktu di saat dia akan berlari semakin jauh dariku.

Aku masih menunggunya di dalam café ini..
Di dalam ruangan redup ini..
Menunggu Tania..
KEMBALI!!



Story by : Risty
Backsong : Flyleaf - Tiny Heart 

May 22, 2011

Not You

Pernahkah kau merasa tak berharga..?
Pernahkah kau merasa dipermalukan oleh perasaanmu sendiri..?
Dan pernahkah kau memendam perasaan cinta namun lidahmu kelu untuk mengungkapkan...?

Ya..
semua itu terjadi disini..
di short story yang gue share di bawah ini..
Happy reading!!! ^_^


Disini aku selalu duduk memandanginya..
Disudut ruangan sambil berpura-pura tenggelam dalam buku, seolah aku sedang menekuni membacanya..
Perasaan ini aku pendam bertahun-tahun..
Aku selalu menyukainya..
Selalu mengaguminya..
Selalu menginginkannya..
Betapa inginnya aku menyatakan perasaanku..
Namun, keberanianku surut dan menguap begitu saja
Mengingat betapa angkuhnya dia..
Betapa banyaknya perempuan yang mengejar-ngejarnya...
Dan mengingat jika dia..
Bahkan tidak mengenalku..
Billy, tidak pernah tau siapa aku…

Siang itu suasana kantin begitu riuh, teman-temanku yang lain sedang sibuk bergosip. Karena perutku begitu lapar jadi aku memutuskan untuk memesan terlebih dahulu. Seketika langkahku terhenti, karena aku melihat Billy sedang duduk bersama teman-temannya.
Perasaan senang menyambangiku namun kegugupanku tak dapat aku sembunyikan karena aku akan melangkah melewati mejanya. Seketika aku tersentak karena ada seseorang yang menabrakku dari belakang.
Astaga! dia Choky, salah satu teman Billy.

“sorry! Gue ga sengaja, lo ga apa-apa kan?” Choky memeriksa keadaanku, yang sebenarnya tidak apa-apa dan dia begitu berlebihan.
“ga kok kak, gue ga apa-apa” jawabku singkat dan masih menunduk.
“eh lo anak kelas 2 ya?” tanyanya sambil memiringkan kepalanya, lalu kemudian aku mendongak kea rah tubuh jangkung Choky.
“iya kak, gue anak kelas 2, gue duluan ya kak” jawabku cepat-cepat, namun dengan mudahnya ia menyamai langkahku dan seketika Choky sudah ada di hadapanku.
“nama lo?”
“eh itu,,gue..gue..” aku terbata, entah kenapa aku begitu takut
“gue Choky, lo? gue cuma nanya nama lo?” dia mendekatkan wajah manisnya seraya memandangku tajam dengan mata bulatnya, bisa kuhitung jarak antara kita hanya beberapa senti, lalu aku  melangkah mundur.
“gue Nara kak”
“Nara? pasti kependekan dari Narasumber Hahaha” dia tertawa lalu mengibaskan tangannya.
“Kinara kak, gue duluan-permisi” aku segera meninggalkannya, dia begitu menyebalkan,
“hei!! Gue cuma bercanda…” dia berteriak namun aku tak mempedulikannya dan segera berlalu meneruskan langkahku.
Rasa laparku menghilang begitu saja dan aku kembali ke mejaku hanya dengan satu minuman kaleng.

Namun perasaan kesal itu lenyap seketika, saat aku duduk di sudut ruangan favoritku di kantin itu.
Disini aku bisa menyaksikan Billy yang sedang duduk bersama teman-temannya.
Menikmati wajahnya dari kejauhan, bentuk alis sedikit naik ke atas pada ujungnya, membuatnya terlihat begitu dingin, tulang pipi yang keras dan hidung mancung yang selalu aku suka, bentuk bibir yang sedikit penuh yang membuatnya begitu mempesona ketika tersenyum, rambut bergelombangnya yang ia sisir ke belakang dan terlebih lagi tubuhnya yang tak begitu tinggi, sehingga membuatku merasa ia cocok denganku yang memiliki tubuh mungil ini.

Dia tidak ikut tertawa riuh seperti teman-temannya yang lain, dia hanya tersenyum singkat.
Begitulah Billy sejauh yang aku tau, dia tidak pernah membagi-bagikan senyumnya.
Untuk bisa melihat senyumannya, itu adalah hal yang begitu langka.
Sungguh jarang bisa kudapatkan, sungguh berlawanan dengan Choky, teman sekelasnya sekaligus sahabatnya yang selalu tertawa dan ramah dengan siapa saja, apalagi setiap Choky tersenyum akan memperlihatkan lesung pipit di pipi kanannya, hidung kecilnya yang membuatnya terlihat lucu, namun ya begitulah, sesaat tadi Choky sudah membuatku kesal dengan mengejek namaku.

Aku masih memandangi Billy, seakan mataku tak berkedip..
Andai saja aku memiliki keberanian untuk menyatakan perasaanku, mungkin aku tak akan setersiksa ini.
Namun kendala terbesarnya adalah, dia bahkan tidak mengenalku.
Aku bukan cewek populer di sekolah.
Aku hanya cewek biasa dengan tinggi dan berat badan yang pas-pasan, rambut ikal sebahu yang tak pernah membuatku terlihat menarik, namun ada satu yang aku sukai dari diriku, yaitu bulu mataku yang panjang dan lentik, dan tentu saja aku suka mataku yang kata orang, mirip seperti mata kucing.

Namun kemungkinan Billy untuk mengenalku sungguh kecil, kecuali aku nekat menyambangi mejanya dan bergaya sok centil seperti cewek-cewek yang selama ini mendekatinya lalu mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri.
Membayangkannya saja sungguh membuatku bergidik.
Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat sampai akhirnya ada sebuah suara yang membuatku kembali ke alam sadarku.

“lo kenapa?”
Aku tersentak sungguh, rasanya jantungku bermigrasi ke lambung, Billy ada di hadapanku!
Aku masih mematung, lalu menjulurkan telunjukku ke wajah Billy lalu menariknya lalu menjulurkannya lagi, sampai aku benar-benar yakin dia ada di hadapanku. Bahwa ini bukan khayalanku saja.
“Gue, aku..gue..eh..” aku terbata, tak tau harus berkata apa, aku sudah tertangkap basah sedang memandanginya dan celakanya aku tidak membawa buku untuk menyembunyikan wajahku dan berpura-pura membaca seperti biasanya.
“kenapa lo jadi gagap gitu?” Billy memandangiku tanpa ekspresi, saat ini kita hanya dibatasi oleh meja kantin.
“gue-lagi-du-duk, dan-minum-ini!” jawabku konyol dan berusaha menyusun kata-kataku dengan benar lalu mengangkat minumanku untuk meyakinkan apa yang aku lakukan sedari tadi.
“ga!! Lo bohong!! Lo daritadi mandangin gue! Kenapa??!!” suara Billy meninggi, rasanya aku ingin menghilang saja dari sini, dan bisa kurasakan aliran darahku turun sampai ke ujung tumitku. Lalu aku menelan ludah dan berusaha menjawab sambil mengatur detak jantungku.
“ga kok, gue tadi itu kak, mau itu..” sial! Mampus gue! Aku merutuk dalam hati, aku begitu ketakukan, mata Billy berkilat seperti sedang menahan amarahnya. Aku masih berbicara dengan terbata-bata.
“gue tau, lo suka kan sama gue? Lo naksir sama gue, makanya gue ngerasa akhir-akhir ini ada yang sering memperhatiin gue dan bikin gue ga nyaman, jadi itu lo? selama ini lo??” Billy terus menjejaliku dengan pertanyaan-pertanyannya tanpa peduli betapa ramainya suasana kantin.
Sebelum aku bisa menepis tuduhannya, dia sudah mendesis dengan geram sehingga membuat ketampanannya seketika lenyap begitu saja.

“lo sadar ga? Lo lagi buat masalah sama siapa? Hah?!!!”
Aku begitu ketakutan dan semakin menyudutkan tubuh mungilku diantara dinding dan meja.
Aku takut..
Aku malu..
Aku ingin menghilang dari kantin ini sekarang juga..
Dia mempermalukan aku..
Begitu besarkah kesalahanku?
Aku hanya menyukainya, aku hanya mengaguminya..
Aku hanya memandanginya..
Apakah perasaanku salah?
Seburuk itukah aku hingga aku tak boleh memiliki perasaan ini?

Air mataku sudah menggenang..
Wajah Billy tampak kabur karena penglihatanku terhalang oleh air mata.
Begitu banyak wajah-wajah yang memandangiku..
Aku tak bisa melakukan apa-apa selain mematung dan menahan air mataku agar tak jatuh.
Lalu tiba-tiba ada tepukan dipundakku dan tangan itu mengerat lenganku.
Sebuah pelukan, sosok tubuh jangkung yang menenggelamkanku dalam dekapannya, entah siapa aku tak berani mendongakkan kepalaku hingga aku mendengar lelaki yang memelukku itu berkata.

“Dia cewek gue! Dia ga pernah naksir ataupun suka sama lo Bill! Dan buat kalian semua, kembali ke meja kalian dan lakukan kesibukan kalian!”

Saat mendengar itu, Billy mendelik kaget dan pergi berlalu meninggalkan kantin.
Aku begitu tersentak, siapa lelaki baik hati ini yang sudah menyelamatkan hidupku?
dan seketika lelaki itu menenggelamkan wajahku ke dalam pelukannya, lalu aku mendongakkan kepalaku dan betapa terkejutnya aku ternyata..
Lelaki itu..
Choky!!!!

Aku tak bisa menahan genangan air mataku lagi..
Aku menangis dalam pelukannya..
Dalam pelukan Choky..
Tanpa peduli sekelilingku..



story by   : Risty
backsong   : Nevershoutnever - Did it hurt

May 20, 2011

Suatu Saat Nanti



hmm... sebenernya gue mikir panjaaang bgt, bakalan ngepost ini di blog atau ga? well.. setelah jedugin kepala ke tembok, jambakin rambut sampai rontok, gigitin kuku, ngucekin mata, sampai ngangkatin barang-barang, dan akhirnya gue putuskan untuk ngeposting ini di blog. Tapi terakhir gue baru inget kalo ternyata kemarin gue emang lagi bantuin tetangga pindahan, oke ga itu ga penting #abaikan


ya..belakangan ini gue lagi suka banget sm kata-kata "Suatu Saat Nanti"  because, there a story behind this words. Sebenernya gue ragu buat ceritain ini, mengingat temen-temen kuliah gue bakal gentayangan ga sengaja mampir ke blog yg nista ini (oke bahasa ini terlalu baku)  dan mereka bakal ngeledekin gue abis-abisan perihal kasus di blog ini.


yap.. gue lagi suka sama cowok yg satu kampus sama gue, tapi beda angkatan cuma ya kadang-kadang kita sekelas, dia udah semester berapa, jangan tanya! karena gue ga tau. Ya gue emang payah, bahkan kenal aja gue ga, dia ga tau siapa gue, bahkan nama gue pun dia ga tau!!!! padahal gue terkenal banget di kampus, hampir semua penghuni kampus tau siapa gue, gue adalah orang penting yang ga bakalan luput dari pandangan orang, kalian bisa bayangin kan? gimana begonya dia, sampai ga kenal gue!!! (yang dicetak  tebel, gue ngarang abis!! #abaikan)


nah sebut saja cowok itu Mawar , tapi itu kan nama cewek? oke deh sebut saja dia Priyo , hmm tapi kok kayak juragan besi gitu ya?. aahhh ribet amat!! sebut aja dia Marmut.
Ya si Marmut, kenapa ya gue bisa suka sama dia? padahal nih kenal aja enggaaa!!! udah lama sih gue suka perhatiin dia gitu, tapi tetep aja ga ada respon (emang gue siapa???)
dia itu angkatan di atas gue, jadi cuma ada beberapa mata kuliah aja yang sekelas, jadi tiap sekelas sama dia, gue pasti udah langsung megap-megap ga jelas gitu, tapi percaya deh! gue ga NORAK kok!! hahaha..


Dari semester-semester dulu nih, gue selalu happy kalo udah ketemu hari yang bakalan sekelas sama dia, suka mesem-mesem sendiri gitu, senyum-senyum ga jelas, dan kadang-kadang suka dialog sendiri di depan cermin (oke perilaku gue emang sedikit menggelikan, jangan tanya! gue juga geli kok)
nah kalo semester ini, dalam 5 hari perkuliahan, cuma 1 hari yang sekelas sama dia. ya jujur aja, gue suka nungguin gitu hari dimana gue sekelas sama dia (geli kan lo?)


Pernah suatu hari, itu hari yg kebetulan banget, entah itu hari keberuntungan gue atau kesialan gue..
ya jadi ceritanya gini..
waktu sekelas sama dia, pernah dia tiba-tiba milih duduk disebelah gue, ya ampuun!!!! gue seneng banget!! tapi deg-degan dan salting juga!! kenapa dia milih duduk disamping gue? apa yang ada dipikirannya dia? (padahal sih udah ga ada tempat duduk lain lagi, jadi terpaksa duduk disebelah gue #miris )
waktu itu temen-temen gue yang malah heboh, pake acara nyenggol-nyenggol segala! asataga kenapa mereka norak banget??? (padahal dalem hati gue seneng)
si Marmut ngeliatin gue terus, lirik-liriklah, gerak-geraklah di kursinya, sok-sokan garukin kepala lah (belakangan gue tau kalo dia ga keramas seminggu) nah gue tau banget! dia pasti ngeliatin gue, waktu itu gue salting banget, dan hampir mati ke GR an!
tapi ternyata gue sadar!!!!! kalo dia bukan ngeliatin gue, tapi curi-curi pandang sama buku gue, karena dia ga bawa buku!!! payah!!!! kenapa coba gue harus dikalahin sama sejumput buku? apa sih menariknya Buku Pelajaran?? gue juga ga ngerti  (?) okay lewatin.


abis itu, gue semakin kesel kaaan?? mana temen-temen gue semakin menjadi-jadi, mereka ketawa cekikikan, mereka bener-bener ga tau gimana tampang gue yang udah kayak kepiting rebus!. sementara si Marmut masih seolah-olah ngeliatin gue, sampai pada akhirnya dia buka suara! dalam hati gue girang banget! astaga! dia mau memulai pembicaraan sama gue! dia mau ngobrol sama gue! dan ternyata....
Marmut : (nyolek tangan gue sambil senyum) "mbak, sekarang jam berapa ya?"
Gue       : ya? eh.. jam 9 (ekspresi gue tidak terdeteksi)
Marmut : makasih ya mbak.. (senyum lagi)
Gue       : (cuma diem, gondok abis, gue dipanggil mbak!!!)


bisa dibayangin ga? muka gue waktu itu kayak apa? siaal!!! gue udah GR mampus!! tapi ujung2nya dia cuma mau nanya JAM BERAPA!!! dan dia manggil gue MBAK!!!!!
apa karisma gue dikalahin sama sejumput buku dan seonggok jam tangan???
itu masih jadi misteri hingga sekarang!
dengan demikian cerita itu pun berakhir, sungguh miris sekali, jadi entah ini sebuah keberuntungan atau kesialan.


cerita selanjutnya, gue mimpiin dia, beberapa hari terakhir ini. Gue mimpi ditabrak sama dia, tapi gue malah marah-marah dan dia ngejar-ngejar gue buat minta maaf (iyaaa gue tau, sampe kambing bertelor juga itu ga bakal terjadi) well..itu cuma mimpi..


gara-gara itu, gue jadi suka banget sama kata-kata Suatu Saat Nanti ....
gue percaya banget kalo Suatu Saat Nanti, dia bakal ngeliat gue..
Suatu Saat Nanti, gue bakalan duduk di belakangnya diatas motornya...
Suatu Saat Nanti, dia bakalan suka juga sama gue (ini berlebihan, karena dia sama sekali ga kenal gue)


okay mungkin hanya ini yg bisa gue share, kalo gue terusin bakal panjang banget jadinya..
dan satu lagi, gue sengaja ga sebutin ciri-cirinya, karena sekali lagi gue takut banget kalo sampai ada temen sekelas gue yang lg gentayangan dan baca postingan ini, lalu mereka bakalan ceritain itu semua ke temen-temen yang lain, begitu juga temen-temen yang lain bakalan ceritai itu ke temen-temen yang lain lagi, dan begitu pula seterusnya, hingga siklus itu tak akan pernah berakhir dan reputasi gue bakalan bener-bener hancur!!!! #lebay


Seandainya kisah tragis ini berakhir bahagia kayak di novel-novel atau di film-film yang sering gue tonton, tapi ternyata itu cuma sebuah cerita, dan gue? ya seperti pada kenyataan nya, kemungkinan cerita ini happy ending adalah 0,0000000001 %


tapi kembali lagi ke kata-kata Suatu Saat Nanti hahahahahaha....




Dedicated to : My Geek Boy
Photo by       : Risty

May 18, 2011

The Umbrella



dear friends, let's check my short story and don't forget to leave ur comment, hope u like it..
just read :D




Aku berlari berusaha menghindari hujan..
Namun rintik-rintik airnya sudah terlanjur membasahi bajuku..
Waktu itu aku hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans pipa, dengan kakiku yang telanjang..
Hari itu aku sungguh sial..
Aku lupa membawa payung dan sendalku putus di tengah jalan karena aku berlari dan hampir saja terpeleset..
Aku berhenti di sebuah coffee shop..
Bingung, dalam keadaan basah dan telanjang kaki, rasa malu untuk duduk di dalam,  seakan bergolak di perutku..
Tapi aku coba mengabaikan perasaan itu…
Akhirnya aku masuk ke toko itu dan memesan secangkir hot cappuccino..
Kusadari rambutku yg sebahu terurai bebas tanpa anak-anak rambut yang mencuat sedikitpun ke dahi karena terbasahi air hujan, hingga memperlihatkan dengan jelas bentuk mataku yang bulat dan besar.
Dan kini pakaian yang aku gunakan sekarang membungkus ketat badanku yang kurus dan menggigil.
Penjaga toko itu memperhatikan aku, dari ujung kepala hingga kaki
Seperti terheran-heran, kenapa aku begitu basah kuyup dan tanpa alas kaki..
Lalu akhirnya dia membuka suara..

“Maaf mbak, tempat duduknya udah penuh.. apa mau take away aja?”
“oh gitu ya? di lantai 2 juga penuh?”
“Iya, mungkin karena hujan mbak.. mau take away aja?”
“aduh gimana ya?? saya juga mau neduh di sini mas” aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sama sekali, aku bingung, hujan masih begitu deras dan penjaga toko itu menyeringai.
Aku mengedarkan pandangan mencoba mencari sekiranya ada tempat kosong yang tidak terlihat.
Dan ya, aku menemukannya.. bukan tempat duduk kosong, melainkan ada seorang lelaki yang berkutat dibalik laptopnya.
Wajahnya tak bisa kulihat jelas karena terhalangi laptopnya.
Penampilannya seperti mahasiswa, jadi aku memberanikan diri untuk ikut berbagi tempat dengannya.
“table 18 mas, yang cowok itu temen saya” aku berbohong, penjaga toko itu tampak tidak percaya dan mengangkat sebelah alisnya.
“baik mbak, ditunggu”

Fiuuuhhh…. Leganya, akhirnya aku bisa berteduh, dan sekarang aku harus menghampiri meja itu. Aku mencondongkan badanku dan sedikit membungkuk.
“maaf, boleh gabung ga? Tempatnya ga ada yang kosong” aku berusaha bicara sesopan mungkin, dan lelaki itu mendongak dan mengernyitkan alisnya.
“silahkan” hanya itu yang dia katakan dan dia kembali membenamkan wajahnya dibalik laptop itu.
Kuperhatikan pelan-pelan, rambutnya yang melewati batas telinganya yang sedikit berantakan di seputar dahi namun tak menutupi alisnya yang hitam pekat, matanya tetap menunduk sambil memainkan touch pad laptopnya, dengan sesekali menyesap minumannya dan kuperhatikan gelas yang berada diantara bibirnya yang penuh tapi terlihat mungil.
Astaga dia sungguh tampan, aku gugup dan merasa suasana sungguh kaku.
“permisi, nama kamu siapa?” sial aku mengutuk diriku sendiri, kenapa aku harus bertanya duluan?
“gue?” dia mengarahkan telunjuk ke dadanya.
“Gue Jonash” lagi-lagi hanya itu yang dia katakan, dan kembali menyembunyikan wajahnya di balik laptop itu.
“Gue Nonny” aku menggigit bibir, merasa sangat konyol karena telah memperkenalkan diri tanpa ditanya. Suasana kembali hening, hanya suara hujan yang terdengar. Dan salah satu pelayan datang mebawa pesananku. Sedikit memecah kesunyian.
“silahkan menikmati” pelayan itu tersenyum dan berlalu, sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih.

Aku menyesap cappuccino ku, dibalik cangkir itu aku memperhatikan lelaki yang ada di hadapanku, dan mencoba untuk memulai pembicaraan lagi.

“lagi buat apa sih? Serius amat?”
“lagi buat design, ngerjain tugas akhir” jawaban singkat, dan cukup membuat aku merasa seperti pengganggu nomor satu saat ini.
“gue ganggu ya? sorry”
“hah?” dia melongok dari balik laptopnya, tersenyum dan menutup laptopnya.
“maaf, non.. gue keasyikan, ga ganggu kok, santai aja”

Astaga, dia tampan sekali, lesung pipitnya menyempil ketika ia menyunggingkan senyumnya.
“ga apa-apa kok, lanjutin aja”
Ya benar saja, dia hanya tersenyum, dan melanjutkan lagi untuk membenamkan diri dibalik laptop sialan itu! Laptop yang jadi penghalang antara wajahku dan wajahnya.
Aku memilih untuk diam dan kembali menyesap cappuccino ku, sembari menunggu hujan yang belum juga reda dalam keadaanku yang basah kuyup seperti ini, aku cukup merasa hangat dengan setiap tegukan cappuccino yang mengaliri tubuhku.

Dia menutup kembali laptopnya, tak bisa kupungkiri betapa senangnya aku, jantungku seakan berlompatan, karena pikirku dia akan memulai sebuah pembicaraan denganku, lelaki tampan yang hemat bicara ini.
Namun keadaan berbalik dari apa yang aku harapkan.

“Nonny, gue balik duluan ya.. seneng bisa kenal lo”
Ternyata hanya itu, dia menutup laptopnya dan akan segera beranjak dari tempat duduknya, sejenak aku berpikir.
Semenyebalkan itukah aku? Sampai dia merasa terganggu akan kehadiranku dan dalam penampilanku yang basah kuyup juga tanpa alas kaki.
Dan tiba-tiba aku tersentak karena dia menyentuh pundakku, menyunggingkan sedikit senyumnya dan berlalu.
“iya, sama-sama” aku menjawabnya, setelah ia pergi dari sisiku, sial! Betapa bodohnya aku.
Kupandamgi tubuh jangkungnya yang berlalu dan perlahan menghilang dari pandangan.
Lalu aku terpaku pada secarik kertas di atas meja, dan membaca apa yang tertulis disana.






Nonny…
Nanti sampai rumah, jangan lupa langsung mandi dan cuci rambut lo..
Dengan keadaan basah kuyup dan telanjang kaki kayak gitu..
Besar kemungkinan lo bakalan demam..
Lain kali jangan lupa bawa payung..
Itu payung biru dibalik meja, punya gue..
Gue cuma pinjemin loh, jangan lupa dibalikin..
Glad to meet you ^_^
_Jonash_

Astaga, aku benar-benar terkesima, ternyata dia peduli dan memperhatikanku, namanya Jonash, aku akan selalu mengingatnya. Aku pasti mengembalikan payungnya, aku ingin mengembalikannya setelah ini, tapi kemana aku harus mengembalikannya?
Dimana aku bisa menemukannya?
Sementara ia tidak mencantumkan alamatnya, bahkan juga tidak meninggalkan nomor telepon yang bisa di hubungi..

Aku ingin mengembalikan payung ini..
Walaupun itu hanya motif..
Karena sesungguhnya..
Aku lebih menginginkan untuk bertemu lagi dengan pemilik payung ini..

Aku ingin bertemu lagi dengan Jonash..




story by : Risty
backsong : AJ Rafael - We Could Happen