Search

May 22, 2011

Not You

Pernahkah kau merasa tak berharga..?
Pernahkah kau merasa dipermalukan oleh perasaanmu sendiri..?
Dan pernahkah kau memendam perasaan cinta namun lidahmu kelu untuk mengungkapkan...?

Ya..
semua itu terjadi disini..
di short story yang gue share di bawah ini..
Happy reading!!! ^_^


Disini aku selalu duduk memandanginya..
Disudut ruangan sambil berpura-pura tenggelam dalam buku, seolah aku sedang menekuni membacanya..
Perasaan ini aku pendam bertahun-tahun..
Aku selalu menyukainya..
Selalu mengaguminya..
Selalu menginginkannya..
Betapa inginnya aku menyatakan perasaanku..
Namun, keberanianku surut dan menguap begitu saja
Mengingat betapa angkuhnya dia..
Betapa banyaknya perempuan yang mengejar-ngejarnya...
Dan mengingat jika dia..
Bahkan tidak mengenalku..
Billy, tidak pernah tau siapa aku…

Siang itu suasana kantin begitu riuh, teman-temanku yang lain sedang sibuk bergosip. Karena perutku begitu lapar jadi aku memutuskan untuk memesan terlebih dahulu. Seketika langkahku terhenti, karena aku melihat Billy sedang duduk bersama teman-temannya.
Perasaan senang menyambangiku namun kegugupanku tak dapat aku sembunyikan karena aku akan melangkah melewati mejanya. Seketika aku tersentak karena ada seseorang yang menabrakku dari belakang.
Astaga! dia Choky, salah satu teman Billy.

“sorry! Gue ga sengaja, lo ga apa-apa kan?” Choky memeriksa keadaanku, yang sebenarnya tidak apa-apa dan dia begitu berlebihan.
“ga kok kak, gue ga apa-apa” jawabku singkat dan masih menunduk.
“eh lo anak kelas 2 ya?” tanyanya sambil memiringkan kepalanya, lalu kemudian aku mendongak kea rah tubuh jangkung Choky.
“iya kak, gue anak kelas 2, gue duluan ya kak” jawabku cepat-cepat, namun dengan mudahnya ia menyamai langkahku dan seketika Choky sudah ada di hadapanku.
“nama lo?”
“eh itu,,gue..gue..” aku terbata, entah kenapa aku begitu takut
“gue Choky, lo? gue cuma nanya nama lo?” dia mendekatkan wajah manisnya seraya memandangku tajam dengan mata bulatnya, bisa kuhitung jarak antara kita hanya beberapa senti, lalu aku  melangkah mundur.
“gue Nara kak”
“Nara? pasti kependekan dari Narasumber Hahaha” dia tertawa lalu mengibaskan tangannya.
“Kinara kak, gue duluan-permisi” aku segera meninggalkannya, dia begitu menyebalkan,
“hei!! Gue cuma bercanda…” dia berteriak namun aku tak mempedulikannya dan segera berlalu meneruskan langkahku.
Rasa laparku menghilang begitu saja dan aku kembali ke mejaku hanya dengan satu minuman kaleng.

Namun perasaan kesal itu lenyap seketika, saat aku duduk di sudut ruangan favoritku di kantin itu.
Disini aku bisa menyaksikan Billy yang sedang duduk bersama teman-temannya.
Menikmati wajahnya dari kejauhan, bentuk alis sedikit naik ke atas pada ujungnya, membuatnya terlihat begitu dingin, tulang pipi yang keras dan hidung mancung yang selalu aku suka, bentuk bibir yang sedikit penuh yang membuatnya begitu mempesona ketika tersenyum, rambut bergelombangnya yang ia sisir ke belakang dan terlebih lagi tubuhnya yang tak begitu tinggi, sehingga membuatku merasa ia cocok denganku yang memiliki tubuh mungil ini.

Dia tidak ikut tertawa riuh seperti teman-temannya yang lain, dia hanya tersenyum singkat.
Begitulah Billy sejauh yang aku tau, dia tidak pernah membagi-bagikan senyumnya.
Untuk bisa melihat senyumannya, itu adalah hal yang begitu langka.
Sungguh jarang bisa kudapatkan, sungguh berlawanan dengan Choky, teman sekelasnya sekaligus sahabatnya yang selalu tertawa dan ramah dengan siapa saja, apalagi setiap Choky tersenyum akan memperlihatkan lesung pipit di pipi kanannya, hidung kecilnya yang membuatnya terlihat lucu, namun ya begitulah, sesaat tadi Choky sudah membuatku kesal dengan mengejek namaku.

Aku masih memandangi Billy, seakan mataku tak berkedip..
Andai saja aku memiliki keberanian untuk menyatakan perasaanku, mungkin aku tak akan setersiksa ini.
Namun kendala terbesarnya adalah, dia bahkan tidak mengenalku.
Aku bukan cewek populer di sekolah.
Aku hanya cewek biasa dengan tinggi dan berat badan yang pas-pasan, rambut ikal sebahu yang tak pernah membuatku terlihat menarik, namun ada satu yang aku sukai dari diriku, yaitu bulu mataku yang panjang dan lentik, dan tentu saja aku suka mataku yang kata orang, mirip seperti mata kucing.

Namun kemungkinan Billy untuk mengenalku sungguh kecil, kecuali aku nekat menyambangi mejanya dan bergaya sok centil seperti cewek-cewek yang selama ini mendekatinya lalu mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri.
Membayangkannya saja sungguh membuatku bergidik.
Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat sampai akhirnya ada sebuah suara yang membuatku kembali ke alam sadarku.

“lo kenapa?”
Aku tersentak sungguh, rasanya jantungku bermigrasi ke lambung, Billy ada di hadapanku!
Aku masih mematung, lalu menjulurkan telunjukku ke wajah Billy lalu menariknya lalu menjulurkannya lagi, sampai aku benar-benar yakin dia ada di hadapanku. Bahwa ini bukan khayalanku saja.
“Gue, aku..gue..eh..” aku terbata, tak tau harus berkata apa, aku sudah tertangkap basah sedang memandanginya dan celakanya aku tidak membawa buku untuk menyembunyikan wajahku dan berpura-pura membaca seperti biasanya.
“kenapa lo jadi gagap gitu?” Billy memandangiku tanpa ekspresi, saat ini kita hanya dibatasi oleh meja kantin.
“gue-lagi-du-duk, dan-minum-ini!” jawabku konyol dan berusaha menyusun kata-kataku dengan benar lalu mengangkat minumanku untuk meyakinkan apa yang aku lakukan sedari tadi.
“ga!! Lo bohong!! Lo daritadi mandangin gue! Kenapa??!!” suara Billy meninggi, rasanya aku ingin menghilang saja dari sini, dan bisa kurasakan aliran darahku turun sampai ke ujung tumitku. Lalu aku menelan ludah dan berusaha menjawab sambil mengatur detak jantungku.
“ga kok, gue tadi itu kak, mau itu..” sial! Mampus gue! Aku merutuk dalam hati, aku begitu ketakukan, mata Billy berkilat seperti sedang menahan amarahnya. Aku masih berbicara dengan terbata-bata.
“gue tau, lo suka kan sama gue? Lo naksir sama gue, makanya gue ngerasa akhir-akhir ini ada yang sering memperhatiin gue dan bikin gue ga nyaman, jadi itu lo? selama ini lo??” Billy terus menjejaliku dengan pertanyaan-pertanyannya tanpa peduli betapa ramainya suasana kantin.
Sebelum aku bisa menepis tuduhannya, dia sudah mendesis dengan geram sehingga membuat ketampanannya seketika lenyap begitu saja.

“lo sadar ga? Lo lagi buat masalah sama siapa? Hah?!!!”
Aku begitu ketakutan dan semakin menyudutkan tubuh mungilku diantara dinding dan meja.
Aku takut..
Aku malu..
Aku ingin menghilang dari kantin ini sekarang juga..
Dia mempermalukan aku..
Begitu besarkah kesalahanku?
Aku hanya menyukainya, aku hanya mengaguminya..
Aku hanya memandanginya..
Apakah perasaanku salah?
Seburuk itukah aku hingga aku tak boleh memiliki perasaan ini?

Air mataku sudah menggenang..
Wajah Billy tampak kabur karena penglihatanku terhalang oleh air mata.
Begitu banyak wajah-wajah yang memandangiku..
Aku tak bisa melakukan apa-apa selain mematung dan menahan air mataku agar tak jatuh.
Lalu tiba-tiba ada tepukan dipundakku dan tangan itu mengerat lenganku.
Sebuah pelukan, sosok tubuh jangkung yang menenggelamkanku dalam dekapannya, entah siapa aku tak berani mendongakkan kepalaku hingga aku mendengar lelaki yang memelukku itu berkata.

“Dia cewek gue! Dia ga pernah naksir ataupun suka sama lo Bill! Dan buat kalian semua, kembali ke meja kalian dan lakukan kesibukan kalian!”

Saat mendengar itu, Billy mendelik kaget dan pergi berlalu meninggalkan kantin.
Aku begitu tersentak, siapa lelaki baik hati ini yang sudah menyelamatkan hidupku?
dan seketika lelaki itu menenggelamkan wajahku ke dalam pelukannya, lalu aku mendongakkan kepalaku dan betapa terkejutnya aku ternyata..
Lelaki itu..
Choky!!!!

Aku tak bisa menahan genangan air mataku lagi..
Aku menangis dalam pelukannya..
Dalam pelukan Choky..
Tanpa peduli sekelilingku..



story by   : Risty
backsong   : Nevershoutnever - Did it hurt

No comments: