Search

May 26, 2011

Gloomy



Did u ever feel useless??
Did u ever feel jealous or angry, but u couldn't express it??

and you feel like d'most stupid person in this world!!!!

he felt it...
when you read this short story...
you'll know everything...
about him...









Ini hari ulang tahunnya..
Aku sudah mempersiapkan jauh sebelum hari ini tiba..
Kado apa yang akan aku berikan untuknya..
Mall demi mall aku datangi, tak luput pula toko-toko accessories..
Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan di benakku..
Apakah dia akan menyukai kado yang aku berikan?
Apakah kado ini terlihat murahan?
Atau dia hanya akan berpura-pura menyukai kadoku untuk menjaga perasaanku?

Disamping itu, keadaan ekonomiku juga berkecukupan, berbeda jauh dengannya..
Maka dari itu, aku masih bertanya-tanya, kenapa?
Kenapa dia bersedia menjadi pacarku..
Tania..
Malam ini aku akan menemuinya..
Tepat di hari ulang tahunnya..

“Halo, edo? lg dimana?” Tania meneleponku
“Di rumah, ada apa nia? Jawabku tenang
“Besok malem kita ketemunya ya, soalnya aku pasti kurang tidur, sekarang aku lagi party sama temen-temen, mereka ngadain surprise party buat aku, oke Edo sayang..byeee muach!!”

Begitulah Tania, selalu bersemangat dan tak akan mendengarkan alasan apapun dariku. Jika dia bersama teman-temannya, seketika dia bisa melupakanku.
Namun, aku tak pernah mempermasalahkan itu.
Dengan wajah berebentuk bulat, mata, hidung dan bibir yang kecil serta rambut lurus panjang, kulit kuning langsat dan tubuh yang lumayan tinggi, membuatnya begitu sempurna di mataku.
Teman-temannya sama sepertinya, hidupnya glamour dan penuh akan fasilitas mewah. Aku selalu menasihati Tania, agar ia tidak terlalu menghambur-hamburkan uangnya untuk hal yang tidak berguna.
Sesekali ia mau mendengarkanku tapi tak jarang pula kita bertengkar hanya karena hal itu.
Sampai suatu hari aku benar-benar tidak bisa menahan amarahku, ia pergi bersama Kevin.
Kevin adalah teman satu sekolahnya, yang bertubuh tinggi besar, kebetulan aku dan Tania bersekolah di sekolah yang berbeda.
Tak jarang mereka jalan bersama, karena suatu alasan yang akupun tak bisa mengerti itu. Masih ada banyak teman-teman Tania yang kebetulan aku kurang menyukai mereka atau mungkin lebih tepatnya kehidupan mereka yang terlalu mewah.

Malam ini aku pergi menemui Tania di sebuah café, aku terpaksa berjalan kaki kesana karena kebetulan aku tidak ada kendaraan.
Perjalanan dari rumahku ke café itu memakan waktu 30 menit, tidak begitu melelahkan menurutku karena aku terlalu bersemangat.
Aku membawa sebuah kado untuk Tania.
Dia berdiri dari tempat duduknya dan melambaikan tangannya ke arahku.

“kamu nunggu lama?” kataku merasa bersalah
“ga juga kok, aku juga baru nyampe, eh kamu parkir dimana?” Tania mengedarkan pandangan sambil mencari-cari dimana motorku aku pakirkan.
“aku jalan kaki, motor lagi di bengkel” jawabku santai, namun Tania tak menghiraukan itu dan langsung melongokkan kepalanya ke balik punggungku.
“eh itu kamu bawa apa?”
“oh iya, ini buat kamu, happy birthday ya” aku menyerahkan kado itu dan mengecup keningnya.
Tania terlihat semakin cantik dengan mini dress berwarna hitam yang sedikit terbuka di bagian atasnya, rambut panjangnya dibiarkan terurai yang ia hiasi dengan accessories rambut yg berkelip yang tidak kutahu apa namanya. Sementara aku hanya mengenakan kemeja hitam polos yang kugulung sampai batas siku dan celana panjang jeans yang menempel lekat di kakiku.

“makasi sayaaang, aku seneng banget, boleh aku buka sekarang?” Tania mengerjapkan matanya, lalu aku mengacak-acak rambutnya dan berkata.
 “kamu harus bisa lebih dewasa sekarang, jangan terlalu banya foya-foya okay?”
“yeah.. I will, I’ve been trying but I can’t do it!” Tania memutar bola matanya dan mencondongkan wajahnya ke arahku.
“you can do it!! Trust it!” sekarang aku mendaratkan kecupan di pipi kirinya dan ia tersenyum ke arahku.
“aku mau buka kadonya sekarang!” Tania merengek ke arahku
“ya udah, buka aja”
Tania terlihat tidak sabar membuka kertas warna merah dan aksen pita meliuk-liuk yang menyelimuti benda itu.

“waaaahhh! Lampu tidur! Bagus banget!” mata Tania berbinar memandang ke arahku, akupun berteriak dalam hati. Ternyata Tania menyukai kado yang aku berikan.
“lampu itu akan menerangimu waktu kamu tidur, cahayanya redup tapi menenangkan, begitulah aku yang akan selalu menerangi hatimu, walaupun tidak benderang tetapi kamu akan selalu menyadari kehadiranku dan akan selalu menenangkan hatimu” kataku sembari menggenggam tangannya.
“makasi ya Do, aku suka banget” Tania kembali tersenyum dan seketika aku melepaskan genggamanku, aku tersentak karena suara klakson yang memekakkan telinga. Benar saja, itu teman-teman Tania.

“Niaaaa! Ayooook!” teman-temannya sudah berteriak dari kejauhan dan bisa kulihat, Kevin sedang duduk di balik kemudinya di dalam mobil itu. Dan Tania hanya memberikan satu lambaian tangan.

“Edo, aku harus pergi, tadi aku lupa kasih tau kamu, kalo aku cuma bisa sebentar”
Tania sudah berdiri dari tempat duduknya. Akupun ikut bangkit dari tempat dudukku dan menarik tangannya sebelum ia bergegas menghampiri teman-temannya.
“Bukannya kemarin malem udah party? Sekarang party lagi?” aku berusaha tetap tenang dalam kemarahanku yang meluap-luap, menatapnya tajam dan garis kaku di wajahku .
“Kemaren beda, sekarang beda, lepasin dong.. aku mau pergiii!” Tania mencoba melepaskan genggamanku, namun aku justru semakin mengencangkan genggamanku.
“Kamu tadi janji apa sama aku? Kamu bakalan mengurangi untuk berfoya-foya! belum 5 menit kamu ngomong itu!” nada suaraku meninggi, aku sudah tidak tahan.
“Kamu, kamu teriak! Kamu bentak aku! Kamu jahat!” Tania berteriak dan sesuatu menggenang di pelupuk matanya, Tania menangis. Aku menariknya lalu memeluknya erat, menenggelamkannya dalam tubuhku yg tegap dan menjulang ke arahnya.
“maafin aku, aku kehilangan kendali”
“Aku mau pergi, Edo aku mau pergi, lepasin aku” Tania mencoba melepaskan diri dari pelukanku, dan Kevin datang menghampiri kita, lalu menarik Tania dari pelukanku.

“Lo apa-apaan?? Kenapa lo bikin Tania nangis?!!” Kevin mendorongku dengan keras dan akupun sedikit terhuyung.
 “udah yuk, kita pergi!! Temen-temen udah pada nunggu” Kevin menarik tangan Tania, namun aku hanya diam dan tak melakukan apapun.
“Edo, aku pergi dulu” Tania berlalu, aku hanya diam tak menjawabnya.

Kevin membawanya pergi, berlalu meninggalkanku, sementara aku berdiri kaku dan memandang mereka yang berlalu begitu saja dihadapanku. Aku menghempaskan tubuhku ke atas kursi di café itu, menarik rambut ikalku yang mencuat keluar, memandang ke arah cermin di café itu, kulihat refleksi diriku di cermin itu, aku terlihat begitu menyedihkan. Dengan wajah putih pucat, mata sendu, dan emosiku yang tertahan.

Kenapa?
Kenapa aku hanya diam?
Kenapa aku begitu bodoh?
Kenapa saat itu aku berpura-pura tangguh dan tidak terpengaruh?
Kenapa aku tidak bisa mempertahankan Tania untuk tetap di genggamanku?
Kenapa aku harus melepaskan genggamanku?

Saat ini, hatiku hancur
Hancur sejadi-jadinya..
Aku merasa seperti lampu tidur itu..
Aku bukan cahaya yang terang, aku akan tetap redup sampai ia bisa menyadari keberadaanku dan membuatku lebih terlihat bercahaya.
Aku tak menyangka..
Sepahit ini kenyataan yang aku terima..
Sebegitu tak menyenangkannya menjadi sebuah lampu tidur..
Aku tenggelam dalam redupnya hatiku.

Hatiku tergurat..
Dalam setiap kedipan mata, aku merasakan kepahitan dihadapanku..
Dalam setiap hembusan nafas, aku merasakan ruang sempit dalam paru-paruku.
Dalam setiap detak jantung, aku merasakan degupannya hingga ke telingaku.
Aku takut akan waktu..
Waktu di saat dia akan berlari semakin jauh dariku.

Aku masih menunggunya di dalam café ini..
Di dalam ruangan redup ini..
Menunggu Tania..
KEMBALI!!



Story by : Risty
Backsong : Flyleaf - Tiny Heart 

No comments: