Search

Oct 10, 2011

The Umbrella







Aku berlari berusaha menghindari hujan..
Namun rintik-rintik airnya sudah terlanjur membasahi bajuku..
Waktu itu aku hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans pipa, dengan kakiku yang telanjang..
Hari itu aku sungguh sial..
Aku lupa membawa payung dan sendalku putus di tengah jalan karena aku berlari dan hampir saja terpeleset..
Aku berhenti di sebuah coffee shop..
Bingung, dalam keadaan basah dan telanjang kaki, rasa malu untuk duduk di dalam,  seakan bergolak di perutku..
Tapi aku coba mengabaikan perasaan itu…
Akhirnya aku masuk ke toko itu dan memesan secangkir hot cappuccino..
Kusadari rambutku yg sebahu terurai bebas tanpa anak-anak rambut yang mencuat sedikitpun ke dahi karena terbasahi air hujan, hingga memperlihatkan dengan jelas bentuk mataku yang bulat dan besar.
Dan kini pakaian yang aku gunakan sekarang membungkus ketat badanku yang kurus dan menggigil.
Penjaga toko itu memperhatikan aku, dari ujung kepala hingga kaki
Seperti terheran-heran, kenapa aku begitu basah kuyup dan tanpa alas kaki..
Lalu akhirnya dia membuka suara..

“Maaf mbak, tempat duduknya udah penuh.. apa mau take away aja?”
“oh gitu ya? di lantai 2 juga penuh?”
“Iya, mungkin karena hujan mbak.. mau take away aja?”
“aduh gimana ya?? saya juga mau neduh di sini mas” aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sama sekali, aku bingung, hujan masih begitu deras dan penjaga toko itu menyeringai.
Aku mengedarkan pandangan mencoba mencari sekiranya ada tempat kosong yang tidak terlihat.
Dan ya, aku menemukannya.. bukan tempat duduk kosong, melainkan ada seorang lelaki yang berkutat dibalik laptopnya.
Wajahnya tak bisa kulihat jelas karena terhalangi laptopnya.
Penampilannya seperti mahasiswa, jadi aku memberanikan diri untuk ikut berbagi tempat dengannya.
“table 18 mas, yang cowok itu temen saya” aku berbohong, penjaga toko itu tampak tidak percaya dan mengangkat sebelah alisnya.
“baik mbak, ditunggu”

Fiuuuhhh…. Leganya, akhirnya aku bisa berteduh, dan sekarang aku harus menghampiri meja itu. Aku mencondongkan badanku dan sedikit membungkuk.
“maaf, boleh gabung ga? Tempatnya ga ada yang kosong” aku berusaha bicara sesopan mungkin, dan lelaki itu mendongak dan mengernyitkan alisnya.
“silahkan” hanya itu yang dia katakan dan dia kembali membenamkan wajahnya dibalik laptop itu.
Kuperhatikan pelan-pelan, rambutnya yang melewati batas telinganya yang sedikit berantakan di seputar dahi namun tak menutupi alisnya yang hitam pekat, matanya tetap menunduk sambil memainkan touch pad laptopnya, dengan sesekali menyesap minumannya dan kuperhatikan gelas yang berada diantara bibirnya yang penuh tapi terlihat mungil.
Astaga dia sungguh tampan, aku gugup dan merasa suasana sungguh kaku.
“permisi, nama kamu siapa?” sial aku mengutuk diriku sendiri, kenapa aku harus bertanya duluan?
“gue?” dia mengarahkan telunjuk ke dadanya.
“Gue Jonash” lagi-lagi hanya itu yang dia katakan, dan kembali menyembunyikan wajahnya di balik laptop itu.
“Gue Nonny” aku menggigit bibir, merasa sangat konyol karena telah memperkenalkan diri tanpa ditanya. Suasana kembali hening, hanya suara hujan yang terdengar. Dan salah satu pelayan datang mebawa pesananku. Sedikit memecah kesunyian.
“silahkan menikmati” pelayan itu tersenyum dan berlalu, sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih.

Aku menyesap cappuccino ku, dibalik cangkir itu aku memperhatikan lelaki yang ada di hadapanku, dan mencoba untuk memulai pembicaraan lagi.

“lagi buat apa sih? Serius amat?”
“lagi buat design, ngerjain tugas akhir” jawaban singkat, dan cukup membuat aku merasa seperti pengganggu nomor satu saat ini.
“gue ganggu ya? sorry”
“hah?” dia melongok dari balik laptopnya, tersenyum dan menutup laptopnya.
“maaf, non.. gue keasyikan, ga ganggu kok, santai aja”

Astaga, dia tampan sekali, lesung pipitnya menyempil ketika ia menyunggingkan senyumnya.
“ga apa-apa kok, lanjutin aja”
Ya benar saja, dia hanya tersenyum, dan melanjutkan lagi untuk membenamkan diri dibalik laptop sialan itu! Laptop yang jadi penghalang antara wajahku dan wajahnya.
Aku memilih untuk diam dan kembali menyesap cappuccino ku, sembari menunggu hujan yang belum juga reda dalam keadaanku yang basah kuyup seperti ini, aku cukup merasa hangat dengan setiap tegukan cappuccino yang mengaliri tubuhku.

Dia menutup kembali laptopnya, tak bisa kupungkiri betapa senangnya aku, jantungku seakan berlompatan, karena pikirku dia akan memulai sebuah pembicaraan denganku, lelaki tampan yang hemat bicara ini.
Namun keadaan berbalik dari apa yang aku harapkan.

“Nonny, gue balik duluan ya.. seneng bisa kenal lo”
Ternyata hanya itu, dia menutup laptopnya dan akan segera beranjak dari tempat duduknya, sejenak aku berpikir.
Semenyebalkan itukah aku? Sampai dia merasa terganggu akan kehadiranku dan dalam penampilanku yang basah kuyup juga tanpa alas kaki.
Dan tiba-tiba aku tersentak karena dia menyentuh pundakku, menyunggingkan sedikit senyumnya dan berlalu.
“iya, sama-sama” aku menjawabnya, setelah ia pergi dari sisiku, sial! Betapa bodohnya aku.
Kupandamgi tubuh jangkungnya yang berlalu dan perlahan menghilang dari pandangan.
Lalu aku terpaku pada secarik kertas di atas meja, dan membaca apa yang tertulis disana.

Nonny…
Nanti sampai rumah, jangan lupa langsung mandi dan cuci rambut lo..
Dengan keadaan basah kuyup dan telanjang kaki kayak gitu..
Besar kemungkinan lo bakalan demam..
Lain kali jangan lupa bawa payung..
Itu payung biru dibalik meja, punya gue..
Gue cuma pinjemin loh, jangan lupa dibalikin..
Glad to meet you ^_^
_Jonash_

Astaga, aku benar-benar terkesima, ternyata dia peduli dan memperhatikanku, namanya Jonash, aku akan selalu mengingatnya. Aku pasti mengembalikan payungnya, aku ingin mengembalikannya setelah ini, tapi kemana aku harus mengembalikannya?
Dimana aku bisa menemukannya?
Sementara ia tidak mencantumkan alamatnya, bahkan juga tidak meninggalkan nomor telepon yang bisa di hubungi..

Aku ingin mengembalikan payung ini..
Walaupun itu hanya motif..
Karena sesungguhnya..
Aku lebih menginginkan untuk bertemu lagi dengan pemilik payung ini..

Aku ingin bertemu lagi dengan Jonash..

Apakah aku harus menunggu hujan turun untuk bisa bertemu lagi dengannya?
Hujankah yang akan menjawab semua pertanyaan yang ada di benakku saat ini?

Mungkinkah hujan akan mempertemukanku lagi dengan pemilik payung ini?
Ya, hujan yang akan mempertemukanku lagi dengan Jonash..


story by : Risty
backsong : AJ Rafael - We Could Happen

2 comments:

Made Prama Krishnayaka said...

Good story line, characters in the story is good,IMHO try to find the different location for the stories plot, from all the stories that i have ever read "when the rains comes, the characters often find coffee shops, why not try a more common such as fast food restaurant or "dagang bakso/mie" maybe. try searching for common but different than the others. you're talented risty :)

Risty Sabbry said...

awch! thx u ade for ur comment and advice here :D

yep! for d'next time i'll make a new story with different plot..

ini sebenernya short story yg udah lama risty buat, tp di repost :D

well, thx u ade for ur advice, baca jg yg lainnya yah.. ^^